Tuesday, February 16, 2016

Keluar dari ODOP ? Ini Penglaman Saya

Setelah saya mengikuti kegiatan One Day One Post mulai bulan Januari sampai sekarang, banyak pelajaran yang telah saya dapatkan. Ilmu memperoleh penghasilan dari menulis, memperbaiki ejaan penulisan, menhasilkan ide menulis, bahkan bagaimana cara menulis itu sendiri.

 Tentu banyak pula kendala dalam menapaki sebuah langkah menuju impian yang tak pernah terbayangkan. Mood untuk menulis menjadi halangan terberat dihari-hari pertama mengikuti kegiatan ini. Jaringan dan sinyal yang buruk menambah dalam rasa malas itu sendiri. Walau jalan menuju puncak kerap berbatu dan licin,selalu ada teman yang mengingatkan untuk berhati-hati, selalu ada teman yang membantu ketika terjatuh, memberi semangat untuk bangkit lagi, dan menemani hinggga tanah tertinggi berhasil dipijak. Begitupuun dengan perjalanan meraih cita-cita sebagai seorang penulis yang berbakat dan inspiratif, tidak hanya terkenal. Saling menyemangati dalam mengusir kemalasan, memberi saran ketika dirasa terdapat hal yang kurang baik, dan membenarkan hal-hal yang jauh dari kata sempurna.

Beginilah perjalanan saya di ODOP, terlalu bersemangat di awal hingga kadang terlena dengan tugas yang belum terselesaikan, sering "mengutang", dan kehabisan akal untuk ditulis. Pernah berpikir untuk menulis hal apa saja ketika sedang kosong ide. Hasilnya pun sudah bisa ditebak, tak ada yang spesial. Berhari-hari kehabisan ide membuat tulisan saya tidak berkembang, hutang beberapa hari pun menumpuk, semangat memudar. Sempat berpikir untuk meninggalkan grub dan melepaskan pikiran dari hutang-hutang yang tak kunjung terbayarkan ini. Apa iya hanya dengan mengutang setiap harinya membuat saya menyerah dari mimpi yang diidam-idamkan dari dulu itu, seperti inikah perjuangan untuk mimpi yang selalu diceritakan kepada orang-orang. Tidak boleh menyerah, semua pasti ada jalannya.

Semangat ini tiba-tiba muncul kembali ketika melihat tema-teman yang ternyata memiliki hutang seperti saya dan mereka sedang berusaha untuk melunasinya. Apa yang saya alami ternyata juga dialami oleh yang lain. Mereka mampu untuk tetap melangkah dan maju. Masa iya saya harus kalah dengan cara seperti ini. Saya mulai berniat untuk menulis lagi, walau belum bisa menulis rutin setiap harinya, seiring latihan yang saya lakukan pasti semua bisa berubah, ya saya yakin.

Saya memulai dengan membayar hutang yang telah menumpuk. Menggali ide untuk menulis dikeesokan harinya. Yang aneh dari semangat yang baru ini adalah kejadian disuatu sore dirumah. Ketika mama dan kakak berkumpul dan kami sedang membahas sesuatu. Percakapan ini menimbulkan sedikit perdebatan dengan saling ngeyel satu sama lain. Saya yang mendengarkan mulai gerah dan berpikir " coba kalau saya menulis tentang ini saya akan menulis kalimat yang ..". Bukan hal aneh memang, namun semenjak kejadian itu saya selalu menganggap suatu kejadian bisa dijadikan bahan tulisan, entah itu untuk menulis cerpen, puisi, atau bahkan contoh untuk sebuah artikel. Ini berlanjut ketika saya naik angkot menuju kampus di pagi hari yang mendung. Kaca jendela angkot yang cukup lebar menampung beberapa tetesan air dan tidak mengalir kebawah karena memang rintikan itu tidak terlalu deras. Segumpal air yang menempel disatu sisi dan segumpal lagi disisi lain. Membuat pagi yang dingin ini semakin syahdu. Terlintas lagi ide untuk menggambarkan keadaan ini ke dalam sebuah tulisan. Begini cara Allah menumbuhkan semangat yang sempat tumbang.

Walau sampai saat ini pun "menghutang" belum bisa saya hentikan, namun saya tau semua akan menjadi pelajaran yang sangat berarti untuk kehidupan saya kedepan jika saya terus menulis. Saya tahu hasil tidak akan membohongi usaha. Oleh sebab itu, sampai saat ini saya teap bertahan untuk menulis.


Walau jalan menuju puncak kerap berbatu dan licin, selalu ada teman yang mengingatkan untuk berhati-hati, selalu ada teman yang membantu ketika terjatuh, memberi semangat untuk bangkit lagi, dan menemani hinggga tanah tertinggi berhasil dipijak.



On Feb 16th, 2016
EstinaLa

4 comments: