Tuesday, March 22, 2016

Imam Sholat Ku, Kakak Ipar ku




Bukan dia yang kau harapkan menjadi imam untuk keluargamu kelak, atau seseorang yang sangat kau puja hingga saat ini.
Imam sholatku kali ini adalah kakak iparku sendiri. Bukan, jangan kau pikir bahwa kakak ku sendiri tega mengambil calon imam bagi keluargaku kelak.

Imam sholatku saat ini adalah seseorang perempuan, sama denganku. Dia adalah orang yang kupikir telah mencuri seseorang yang berarti bagiku. Dia menjadi kakak iparku saat aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Saat itu aku sedang ujian praktek hari terakhir, di lain tempat kakak pertama ku sedang melangsungkan pernikahan nya dengan seseorang yang menjadi imam sholatku ini. Setelah beberapa hari pernikahan mereka, aku merasa mulai ada yang hilang dari diriku. Separuh hatiku belum merelakan pernikahan mereka. Aku belum rela kakak pertamaku pergi jauh dan mengurangi waktu bermain nya denganku. Hanya karena dia telah menikah.

Mungkin itu yang terjadi pada sebagian orang yang telah menikah, atau semua. Mereka mengatur hidup baru dengan seseorang baru yang ada disisinya. Itu berarti pula mereka mulai mengurangi intensitas dengan yang lain. Bukan berarti melupakan.

Aku masih merasa kehilangan bahkan setelah bertahun-tahun mereka menikah. Aku tak pernah menyalahkan kakak iparku. Orang dewasa memang harus menikah.

Saat ada waktu berdua dengan kakak iparku, dia selalu menceritakan segalanya. Kisah cintanya di masa lalu, pekerjaan nya dulu yang melelahkan, hingga perkara tetangga sebelah yang tak bakal disebut namanya. Mungkin dia berkirir ketika dia berkata “jangan bilang-bilang mas ya “ aku akan merasa menjadi orang kepercayaan nya. Membuatku luluh dan memaafkan nya karena telah mencuri seorang kakak dari adik kecilnya. Tidak bakal.


Apapun yang telah kupikir tentang nya dimasa lalu dan sampai sekarang. Maafkan aku karena telah menuduhmu semauku.

Terimakasih telah menganggapku adik ipar, meski tidak selalu menyenangkan.

2 comments: