Bukan dia yang kau
harapkan menjadi imam untuk keluargamu kelak, atau seseorang yang
sangat kau puja hingga saat ini.
Imam sholatku kali
ini adalah kakak iparku sendiri. Bukan, jangan kau pikir bahwa kakak
ku sendiri tega mengambil calon imam bagi keluargaku kelak.
Imam sholatku saat
ini adalah seseorang perempuan, sama denganku. Dia adalah orang yang
kupikir telah mencuri seseorang yang berarti bagiku. Dia menjadi
kakak iparku saat aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Saat itu aku sedang
ujian praktek hari terakhir, di lain tempat kakak pertama ku sedang
melangsungkan pernikahan nya dengan seseorang yang menjadi imam
sholatku ini. Setelah beberapa hari pernikahan mereka, aku merasa
mulai ada yang hilang dari diriku. Separuh hatiku belum merelakan
pernikahan mereka. Aku belum rela kakak pertamaku pergi jauh dan
mengurangi waktu bermain nya denganku. Hanya karena dia telah
menikah.
Mungkin itu yang
terjadi pada sebagian orang yang telah menikah, atau semua. Mereka
mengatur hidup baru dengan seseorang baru yang ada disisinya. Itu
berarti pula mereka mulai mengurangi intensitas dengan yang lain.
Bukan berarti melupakan.
Aku masih merasa
kehilangan bahkan setelah bertahun-tahun mereka menikah. Aku tak
pernah menyalahkan kakak iparku. Orang dewasa memang harus menikah.
Saat ada waktu
berdua dengan kakak iparku, dia selalu menceritakan segalanya. Kisah
cintanya di masa lalu, pekerjaan nya dulu yang melelahkan, hingga
perkara tetangga sebelah yang tak bakal disebut namanya. Mungkin dia
berkirir ketika dia berkata “jangan bilang-bilang mas ya “ aku
akan merasa menjadi orang kepercayaan nya. Membuatku luluh dan
memaafkan nya karena telah mencuri seorang kakak dari adik kecilnya.
Tidak bakal.
Apapun yang telah
kupikir tentang nya dimasa lalu dan sampai sekarang. Maafkan aku
karena telah menuduhmu semauku.
Terimakasih telah menganggapku adik
ipar, meski tidak selalu menyenangkan.
Adik ipar jelous.. Hehe
ReplyDeleteOoo namanya jelous ternyata. haha
Delete