Thursday, March 10, 2016

Description : Ruang Pertamaku

Hemm, hati ku memang tidak sedang berdegup dag-dig-dig dengan cepat, aku tidak sedang ingin bertemu denganmu. Siang ini harusnya menjadi waktu paling menyenangkan untuk tidur setelah seharian kemarin lelah menjadi panitia milad organisasi. Kenapa mata ini tak mau terpejam, hatiku tak tenang.



Menunggu beberapa lama akhirnya aku berhasil tidur. Tidur apa yang bila kau bangun langsung terpikir hal yang akan kau hadapi. Bukan tidur siang yang berkwalitas!



Di ruang yang kata ibu cantik, ini adalah ruang sholat, kupertaruhkan nama baik yang hanya ku bangun lewat komunikasi tidak langsung, Watsapp. Bersampingan dengan ruang makan, tempat ini memiliki dinding yang bagian tengahnya terdapat sela untuk menaruh kitab suci. Jika aku berdiri, aku akan bisa menyapa seseorang yang sedang memasak lewat sela itu.



Ibu cantik tadi masih menggunakan mukena dan mengajari anak bungsunya membaca Iqro', yang sempat kucuri dengar sudah sampe Iqro' 6. Si anak bungsu tidak berhenti berpolah di sofa ruang tamu. Aku bisa melihat mereka dari tempatkku, kami saling berhadapan dalam ruang yang berbeda.



Cat dinding yang berwarna putih ini memantulkan cahaya lampu yang membuatku semakin tegang. Namun,  6 soal matematika yang berhasil diselesaikan kukira cukup sukses menjaga nama baik ku.



Akhirnya, aku berhasil pulang dan melewati hari pertama sebagai pembantu mengerjakan PR panggilan. Terimakasih untuk satu gelas teh hangat yang menjadikan ruangan itu tak mencekam lagi.

No comments:

Post a Comment