Wednesday, April 27, 2016

Hati-hati Jadi Penulis

http://www.anneahira.com/cara-membuat-stempel.htm



Seperti perkataan orang Jawa “ajining dhiri gumanthung ono ing lati” yang berarti seseorang dihargai karena ucapannya. Ini membuktikan bahwa apa yang kita katakan sangat berpengaruh pada sikap orang lain terhadap kita. Berlaku pula untuk para penulis. Dengan tulisan mereka, orang-orang yang membaca berhak untuk menilai dan memberi cap terhadap si penulis. Cap apa yang pembaca berikan akan berlaku dikehidupan sehari-hari bahkan jika mereka bertemu langsung


Seperti yang saya alami, tulisan saya yang berjudul Saat Aku Suka Dosenku membuat saya menjadi perbincangan diantara teman-teman. Tulisan ini dikaitkan dengan dosen saya yang masih single dan belum menikah. Apalah-apalah. Namun sekali lagi itu hak si pembaca. Meskipun dalam kenyataan nya saya ingin menjadikan tulisan itu sebagai tantangan give-away dari bang Syaiha dan mbak Ella.

Lalu naskah drama radio yang lolos dan diOn-Air kan di salah satu radio besar di Solo. Teman-teman juga berpikir itu adalah kisah asli saya. Perlu diketahui kisah asli saya tidak seromantis itu. Hahaha

Tulisan saya yang selanjutnya yang berjudul H-17 pendaftaran SBMPTN dan Hari-H Pendaftaran SBMPTN membuat orang-orang disekitar saya mengira saya akan mendaftar SBMPTN lagi tahun ini. Mengapa demikian ? Padahal saya menulis tulisan itu karena tema yang saya ambil sedang menjadi perbincangan diantara teman-teman seangkatan dan beberapa akun resmi di media sosial.


Saya yang suka membaca novel thriller juga menilai bahwa penulis pastinya seseorang yang memiliki banyak pengalaman tentang hal serupa atau dekat dengan orang-orang yang mengalami hal tersebut. Pada kenyataannya sang penulis adalah orang yang penakut. Dia menulis novel thriller karena suka membaca kisah tentang Sherlock Holmes. Berbeda dari apa yang saya pikirkan.


Unsur eksternal yang mempengaruhi gaya kepenulisan dan tema yang terdapat dalam tulisan kadang tidak diketahi oleh para pembaca. Budaya dan lingkungan sang penulis menjadi hal besar yang sangat berpengaruh. Bisa saja, dalam beberapa tulisan yang kita buat tidak murni kisah kita pribadi. Ada yang mengambilnya dari kisah orang terdekatnya atau keresahan orang-orang disekitarnya. Yang membuat kita sebagai pembaca memberi cap tersendiri adalah ketika sang penulis menggunakan sudut pandang orang pertama (aku). Akan sangat mudah bagi pembaca menilai bahwa itu kisah nyata penulis dan akan dikaitkan dengan kehidupan sehari-harinya.



Bagi penulis pemula seperti saya tentu itu menjadi shock-culture tersendiri. Disini kita sebagai penulis pemula perlu mempersiapkan mental menerima penilaian baik atau buruk dari para pembaca.   

4 comments:

  1. Hehhee..bener juga ya, karna kebanyakan tulisan kita ber aku aku...hehehe

    ReplyDelete
  2. Bukannya itu goal kalian sebagai penulis?.
    Ketika pembaca larut dalam uraian kata dan berpaham itu pengalaman pribadi.
    Seperti halnya artis sinetron yg tayang sampai 1000episot. Mereka merelakan kepribadian mereka dipandang berbeda org lain.
    Itu kenapa penulis dan penaskah menggunakan nama samaran dlm stiap karyanya. Agar apasemua apalah apalah itu tidak mengganggu kehidupan pribadi mereka.
    Buat kakak Estina, tetaplah berkarya. Tetap semangat.
    Semakin tinggi pohon tumbuh semakin kencang angin berhembus (eh. Bener ora bahasane)
    Apalagi yg baru akan tumbuh tinggi. Kecambah baru tumbuh saja harus ditopang walau hanya sekedar lidi sebatang agar mereka dapat tegak. #ealahapalahOutOfTopicsaiyah

    ReplyDelete