Pernah gagal
mendapatkan beasiswa setelah susah payah kamu melengkapi segala
berkas dan persyaratannya? Pernah gagal ? Saya pernah.
Dan ini kisah saya,
harapan untuk gagal mendapat beasiswa namun tak pernah tertuang dalam
doa.
Ini adalah beasiswa
kursus bahasa dan budaya luar negeri, selama dua tahun. Bukan
beasiswa untuk biaya kuliah atau sekolah di luar negeri. Kami harus
mengikuti setiap kegiatan dan tidak boleh ijin. Bayangkan. Memang
beasiswa yang sangat bermanfaat dengan banyak nya ilmu yang
dibagikan, apalagi dalam setiap pertemuan nya akan diberi uang
transport. Pada hari libur kami akan melakukan beberapa kegiatan
menyenangkan. Setidaknya itu yang kupahami dari brosur.
Aku sempat tertarik
kala pertama kali membacanya, setelah sedikit pertimbangan ternyata
aku tidak cukup berani mengikat diri dengan peraturan ini selama dua
tahun. Akan ada waktu bermain ku yang tersita, waktu bersama orang
tua dan kakak-kakak ku ketika libur. Kesempatan untuk mencoba lagi
masuk perguruan tinggi yang ku ingini tahun ini pun juga harus
tersisih. Aku tak sanggup membayangkan alasan yang terakhir ini.
Aku tahu jika nanti
aku lolos, kedua orangtua ku akan bangga, ilmu ku akan bertambah, dan
tentu saja, alasan ku untuk bertahan di kampus dan jurusan ini
semakin kuat.
Mencari surat
keterangan dari sana-sini, bolak-balik untuk mengumpulkan berkas yang
jauh dari kampus. Rasanya ingin menangis. Aku tahu ini sangat
menyesakkan, namun aku tak boleh menyerah. Ibu sangat mendukungku.
Lolos tahap pertama.
Tahap selanjutnya adalah tes wawancara.
Keluar ruang
wawancara mulai timbul perasaan untuk tidak mengecewakan ibu.
Berperang dengan perasaan yang lain karena tidak sanggup menerima apa
yang akan terjadi. Sepanjang perjalanan pulang rasanya ingin
menangis, tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku tak ingin mendapat
beasiswa itu. Aku ingin masuk jurusan yang ku impikan tahun ini, tapi
aku takkan rela membuat ibu bersedih dengan berdoa untuk tidak
diloloskan.
Pukul 10 malam di
hari pengumuman, hp ku berbunyi tanda sms masuk. Setelah beberapa
kata pembuka. Aku langsung bersyukur dan tersenyum. Dua buah kata di
cetak dengan huruf besar “TIDAK LOLOS”. Rasanya lega, seperti
telah selesai mengerjakan ujian di hari terakhir.
Aku tak cukup berani
memberi kabar ini ke ibu.
Aku hanya mengatakan
maaf dan ucapan terimakasih kepada dosen yang telah membimbingku.
Hebatnya dosenku yang satu ini, beliau selalu memahami dengan
memberiku semangat. Tenang pak, aku dalam keadaan baik, sangat baik
Dengan besarnya peluang. Aku pikir aku akan lolos,namun rencana Tuhan memang tidak bisa
ditebak. Terimakasih Yaa-Rabb.
#Teruntuk kalian
yang membaca kisah ini. Jangan pernah beritahu mama bahwa aku memang
tidak mengharapkan beasiswa itu.
Hobi, main rahasiaan sama mama yan mba...
ReplyDeleteTenang mba saya tidak kenal mama mba kok....hehe
hhaha, terimakasih telah menjaga rahasia saya mbk
Delete