Seperti perkataan
orang Jawa “ajining dhiri gumanthung ono ing lati” yang berarti
seseorang dihargai karena ucapannya. Ini membuktikan bahwa apa yang
kita katakan sangat berpengaruh pada sikap orang lain terhadap kita.
Berlaku pula untuk para penulis. Dengan tulisan mereka, orang-orang
yang membaca berhak untuk menilai dan memberi cap terhadap si
penulis. Cap apa yang pembaca berikan akan berlaku dikehidupan
sehari-hari bahkan jika mereka bertemu langsung
Seperti yang saya
alami, tulisan saya yang berjudul Saat Aku Suka Dosenku membuat saya
menjadi perbincangan diantara teman-teman. Tulisan ini dikaitkan
dengan dosen saya yang masih single dan belum menikah. Apalah-apalah.
Namun sekali lagi itu hak si pembaca. Meskipun dalam kenyataan nya
saya ingin menjadikan tulisan itu sebagai tantangan give-away
dari bang Syaiha dan mbak Ella.
Lalu naskah drama radio yang lolos dan diOn-Air kan di salah satu radio besar di Solo. Teman-teman juga berpikir itu adalah kisah asli saya. Perlu diketahui kisah asli saya tidak seromantis itu. Hahaha
Tulisan saya yang
selanjutnya yang berjudul H-17 pendaftaran SBMPTN dan Hari-H Pendaftaran SBMPTN membuat orang-orang disekitar saya mengira saya
akan mendaftar SBMPTN lagi tahun ini. Mengapa demikian ? Padahal saya
menulis tulisan itu karena tema yang saya ambil sedang menjadi
perbincangan diantara teman-teman seangkatan dan beberapa akun resmi
di media sosial.
Saya yang suka
membaca novel thriller juga menilai bahwa penulis pastinya seseorang
yang memiliki banyak pengalaman tentang hal serupa atau dekat dengan
orang-orang yang mengalami hal tersebut. Pada kenyataannya sang
penulis adalah orang yang penakut. Dia menulis novel thriller karena
suka membaca kisah tentang Sherlock Holmes. Berbeda dari apa yang
saya pikirkan.
Unsur eksternal yang
mempengaruhi gaya kepenulisan dan tema yang terdapat dalam tulisan
kadang tidak diketahi oleh para pembaca. Budaya dan lingkungan sang
penulis menjadi hal besar yang sangat berpengaruh. Bisa saja, dalam
beberapa tulisan yang kita buat tidak murni kisah kita pribadi. Ada
yang mengambilnya dari kisah orang terdekatnya atau keresahan
orang-orang disekitarnya. Yang membuat kita sebagai pembaca memberi
cap tersendiri adalah ketika sang penulis menggunakan sudut pandang
orang pertama (aku). Akan sangat mudah bagi pembaca menilai bahwa itu
kisah nyata penulis dan akan dikaitkan dengan kehidupan
sehari-harinya.
Bagi penulis pemula
seperti saya tentu itu menjadi shock-culture tersendiri. Disini kita
sebagai penulis pemula perlu mempersiapkan mental menerima penilaian
baik atau buruk dari para pembaca.