Saya lupa kapan pembicaraan ini terjadi, yang saya ingat di ruang
keluarga itu ada saya, kakak saya, dan ibu saya. Kami membicarakan tentang
ujian akhir nasional dengan segala isunya. Lalu saya berkata,
“Besok kalau aku ujian nasional aku pengen jadi kurus ah. Ngerasain
gimana ujian yang berat” itu saya ucapkan karena banyak isu-isu yang beredar
bahwa ujian nasional memang terkenal berat dan menjadi beban pikiran siswanya. Tapi
ternyata kakak saya berpendapat berbeda.
“kalau aku gak mau kurus, aku pengen kayak gini aja, biar
orang berpikir aku gak lemah’
Deg, saya terpaku dengan jawabannya.
XXX
Dan sekarang saya kembali mengingat pembicaraan itu, ketika
saya mulai merasa mengambil keputusan yang hampir salah. Yaa, belum seutuhnya
salah karena saya belum berpikir dengan kepala dingin, masih terbawa emosi,
dilema, dan kesedihan.
Tidak setiap hari memang, namun sejak saya mengambil
keputusan yang membuat saya dilema berat, saya mulai galau dan merasa apa yang
saya ambil kurang benar. Saya sering mengabarkan keadaan saya yang rindu dengan
masa lalu saya dan banyak membanding-bandingkannya, terlebih di media sosial. Itu
membuat saya terlihat lemah bahkan di mata saya sendiri.
Perjalanan pulang dari kampus
membuat saya berpikir bahwa saya tidak boleh seperti ini terus, saya tidak
boleh terlihat lemah di depan orang-orang dan saya sendiri. Saya harus mulai
berhenti membanding-bandingkan masa lalu dan apa yang telah saya ambil
sekarang. Saya harus berhenti mem-posting kata-kata rindu. Biarkan yang lalu
menjadi kenangan dan bukan luka yang menghambat langkah saya. Seperti apa yang
pernah dikatakan Tere Liye, hukuman yang paling menyedihkan adalah
mengabaikannya, untuk itu saya juga akan menghukum luka ini denhgan
mengabaikannya.
Setidaknya dengan apa yang pernah saya post beberapa hari lalu membuat saya lega telah meluapkan
segalanya.
Buat teman-teman yang tidak ingin terlihat lemah, mulailah berhenti mengeluhkan keadaan terlebih dengan tidak menyebarnya di media sosial. Keep spirit buat kita semua.