http://dhotulbluegirl.blogspot.co.id/2013/01/dhanboo.html |
"Nay mau ikut badminton gak?" tanya Ani di tengah
riuhnya rapat angkatan sore ini.
"Em, kayaknya gak deh" jawabku langsung tanpa berpikir
untuk ikut bersama Ani menghabiskan jumat sore ini. Tugas sebagai pemegang
naskah dalam dua project besar komunitas drama menguras otakku untuk mencari
bahan pertunjukan. Aku yang tak terbiasa menulis dengan deadline ini harus
banyak mencari referensi di internet dan kisah-kisah yang menarik.
Sulit mencari kisah yang akan dipentaskan dengan tema yang sudah
terlalu umum. Terlalu cepat memutuskan akan membuat cerita nya biasa saja dan
mudah tertebak. Aku bukan orang yang mudah puas dengan hasil yang biasa saja,
apalagi komunitas ini masih dalam tahap berkembang. Aku tak rela orang di luar
sana menatap rendah komunitas ini, tapi sulit juga membuat gebrakan rupanya.
Ah, aku tidak mau menyalahkan mereka yang
telah memberiku tanggungjawab ini. Bukankanh dulu aku yang memamerkan kepada mereka ketertarikanku dengan bidang tulis-menulis ini sehingga mereka menunjukku sebagai penanggungjawab naskah. Bukan salahmu Nay!
telah memberiku tanggungjawab ini. Bukankanh dulu aku yang memamerkan kepada mereka ketertarikanku dengan bidang tulis-menulis ini sehingga mereka menunjukku sebagai penanggungjawab naskah. Bukan salahmu Nay!
Ani adalah teman satu kelas dan satu asrama. Kami tinggal di
asrama kampus yang tidak terlalu jauh dari kampus. Butuh setengah jam untuk sampai di
asrama dengan berjalan kaki. Aku bisa tiba lebih cepat dari waktu yang dibutuhkan
pada umumnya. Aku juga sudah terbiasa jalan kaki dari asrama ke kampus atau
sebaliknya.
“Ya udah nanti aku anter ke asrama dulu” lanjutnya memberi
keputusan. Kami datang ke kampus untuk rapat ini memang menggunakan motor Ani,
berboncengan berdua.
“Gak usah Ni, aku mau wifi-an dulu. Nanti pulang jalan aja”
jawabku tidak enak hati pada Ani. Aku tak mau merepotkannya denga mengantarku
pulang ke asrama sebelum dia berangkat badminton di balai desa. Walau itu
artinya aku harusberjalan jauh dengan membawa tas berat berisikan laptop.
Ani tak menjawab apapun. Kami kembali fokus pada rapat yang masih
berjalan. Kawan kami yang lain yang juga akan ikut bersama Ani bermain
badminton mendekat, mengobrol dengan Ani.
“Yaudah Nay, kamu bawa motorku aja. Aku sama Dewi”
Kata Ani sambil memberi kunci motor dan STNK ke arahku.
Tuhan memang baik, selalu baik. Terimakasih untuk pertolonganMu untuk kesekian kalinya.
Setidaknya aku tidak harus bertepi ditengah jalan karena hujan
turun ketika aku beranjak pulang :D
Tuhan memang baik, selalu baik.
Baiknyaaaa..... Bawa pulang klaten aja motornya :D
ReplyDeletedalam proses
DeleteSolusi terbaiknya adalah. Bawa jas hujan selalu.. luangkan sedikit tempat dihatimu . .eh ditas ranselmu.
ReplyDeleteFleksibel ketika kamu harus jalan kaki pake jas hujan. Atau dpt pinjaman motor teman sekamarmu yang namanya mirip dengan seseorang sebelah kamar tidurmu dulu
boleh juga usulnya. tunggu sampai saya menuliskan si tokoh utama akhirnya beli mantol
Delete