https://nengintanrahayu.wordpress.com/author/nengintanrahayu/page/62/ |
Aku
Aku keluar dari gua yang kuanggap sangat nyaman selama ini. Mengetahui bahwa dunia luar masih sama kejamnya seperti perkiraanku. Aku berjalan, berlari dan terhenti. Aku menyadari bahwa aku masih sendiri, di dalam ataupun diluar gua. Aku mencoba tertawa, hingga aku sadar semua tawa itu palsu. Aku mencoba melangkah maju, hingga aku tau aku memang tak bisa melupakan masa lalu. Aku terdiam, termenung, bertanya pada siapapun dan apapun yang ingin ku ajak bicara, namun semua diam, mengira aku gila. Tidak, aku tidak gila. Aku memarahi mereka semua yang menganggap aku gila. “aku tidak gila!”
Aku terdiam lagi, mencoba melihat sekitar, hingga kusadari. Seseorang disana menarik perhatianku. Dia cantik, bukan, dia sangat cantik. Aku tak tahu apa, tapi ada perasaan aneh di dekat jantungku, atau memang jantungku yang merasakan semua nya. Berdetak lebih kencang, ada desiran aneh saat melihatnya. Aku bingung perasaan apa ini? Aku baru merasakannya pertama kali. Perasaan apakah ini namanya?
Oh, dia, dia tersenyum kepadaku. Haruskah aku membalas senyumnya. Orang pertama yang baru kutemui selama ini. Memberi kehangatan di dalam jiwa. Apakah memangsemua orang itu baik? Aku baru tahu ternyata dunia luar memang kejam, tapi orang-orangnya baik. Ah, dia masih tersenyum padaku, manis, manis sekali. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan ? haruskah aku membalas senyumnya? Yaa, aku harus membalas senyumnya.
Aku membalas senyumnya, semanis yang aku bisa. Tidak, dia mendekat kearahku. Sungguh apa yang harus aku lakukan ? aku bingung. Aku takut perasaan apa namanya saat kau takut dihampiri seseorang tapi dalam waktu yang sama kau menyukai itu. Ah, aku tidak tahu. Tapi aku bingung apa yang harus aku lakukan. Aku berjalan mundur. Dia mendekat lagi, aku
Dia mendekat, kini di ada di hadapanku. Kami sama sama terdiam. Sungguh, beritahu aku apa yang harus aku lakukan, aku bingung, sangat bingung. Oh, bunga!
Aku membawa setangkai bunga dari
dalam gua, dimana bunga itu. Aku harus memberinya bunga bunga itu. Yaa, aku
harus memberinya bunga. Tunggu gadis manis. Biarkan aku mengambilkanmu
setangakai mawar. Tunggu.
Aku membalikan badan mengambil
bunga yang sedari tadi kusimpan. Hatiku berdetak lebih kencang, Ah, aku tidak
peduli. Aku harus memberinya bunga itu. Aku mengambil bunga itu, memegangnya
dengan yakin, dan saat aku membalikkan badan….
Aku sadar, dunia ini memang kejam, termasuk orang-orangnya.
Aku sadar, dunia ini memang kejam, termasuk orang-orangnya.
Manis
Aku berjalan mendekati orang itu, orang dengan raut muka bingung. Orang yang baru kulihat hari ini. Apa dia tidak pernah pergi kesini. Dia melihatku, menatapku dalam. Aku tersenyum kearahnya, lama, diabaru membalas senyumku. Siapa dia? Apakah aku pernah bertemu dengannya sebelum ini? Ah, aku rasa
tidak pernah. Aku berjalan, mendekat kearahnya. Memberinya senyum. Dia terdiam, aku melangkah lagi.
Kenapa dia mengambil langkah mundur? Aku mendekat lagi. Dia mngambil langkah mundur lagi. Dia aku masih berjalan kearahnya hingga dia terdiam dan mengambil langkahmaju. Berapa langkah kemudian dia berada di depanku. Die menatapku. Aku tersenyum ke arahnya. Dia tersenyum juga kearahku.
Dia membalikkan badan, hey apa yang ingin dia lakukan. Aku tidak tahu apa yang sedang dia lakukan, tapi seseorang disana memanggilku dan aku harus segera bersegera.
Lelaki lain
Aku melihat si manis berjalan ke arah seseorang, entah siapa orang itu. Aku tak pernah melihat orang itu sebelumnya. Si manis juga tak pernah mengenalkannya kepadaku. Mungkin itu orang asing yang baru dikenal si manis. Aku harus pergi dengan si manis. Aku memanggil nama si manis, dan dia berjalan ke arahku, hingga aku tidak ingat bahwa orang asing itu berpaling kea rah si manis dengan membawa setangkai bunga yang sangat cantik.
Aku melihat si manis berjalan ke arah seseorang, entah siapa orang itu. Aku tak pernah melihat orang itu sebelumnya. Si manis juga tak pernah mengenalkannya kepadaku. Mungkin itu orang asing yang baru dikenal si manis. Aku harus pergi dengan si manis. Aku memanggil nama si manis, dan dia berjalan ke arahku, hingga aku tidak ingat bahwa orang asing itu berpaling kea rah si manis dengan membawa setangkai bunga yang sangat cantik.
si manis jembatan ancol..eh..
ReplyDeleteah, pengennya gitu wkwk
DeleteDuh... Terlalu berharap akan membuatmu terluka...
ReplyDeleteSuka cerpennya (y)
setuju, bagaimana kita tahu itu telah "terlalu" ?
DeletePenasaran pada si Manis
ReplyDeletekenalan sini bun
Delete