Tuesday, November 1, 2016

Mata kuliah Kejujuran

Hasil gambar untuk embun pagi
https://kepologia.wordpress.com/2015/01/08/embun-pagi/

Hari ini setelah sekian lama saya vakum menulis akhirnya bisa juga menebalkan niat untuk menulis. Yaa, semua tergantung dengan niat kita.

Terlalu sulit bagi saya jika harus menulis puisi atau artikel bagi saya yang baru kembali ingin aktif menulis. Jadi, untuk tulisan kali ini tentang cerita hari ini saja ya.

Hari ini di kampus adalah jadwal saya untuk mengikui ujian tengah semester (UTS) mata kuliah agama. Dari semalem yang sudah punya tekad tebal untuk belajar ternyata hanya mampu membawa buku sampai tempat tidur dan tak sempat terbaca satu kalimatpun.

Pagi harinya, sembari menunggu dosen kelas pertama sempat baca satu halaman, padahal materi yang akan diujikan berpuluh-puluh halaman. Terkesampingkan lagi waktu untuk belajar. Huft

Untung ujian masih jam satu siang. Ada waktu dari kelas pertama hingga jam UTS untuk belajar. Saya berhasil membaca semua materi yang akan di ujikan walaupun dengan tekhnik skimming. Ah, mahasiswa yang lain, jangan meniru saya.

Tibalah saatnya memasuki ruang tes, walau sedikit terlambat. Inilah enaknya tes bagi jenjang perguruan tinggi. Soalnya yang essay membuat kita mudah menjawab tanpa harus terpaku dengan urutan materi yang persis pada buku. Tapi point yang saya ingin ceritakan bukan disitu.

Sebelum memulai tes ini pak dosen berkata bahwa dia tidak perlu lagi mengawasi mahasiswa. Bukan karena dia berpikir kita sudah cukup dewasa untuk tidak mencontek lagi, itu tidak selamanya terbukti, atau karena si bapak mengijinkan kita untuk open book atau berdiskusi satu sama lain, itu sungguh tidak mungkin. Bapak dosen ini dengan lembut menerangkan bahwa kita berada pada mata kuliah agama, yang sudah di pahami bersama bahwa Allah beserta malaikatnya selalu mengawasi setiap perbuatan kita.

Ah, skak matt kita dengan perkataan si bapak.
Saya kira inilah tes yang sesungguhanya, aplikasi langsung dari setiap apa yang kita pelajari, dari hal kecil yang sering terlupakan.

7 comments: