Sunday, November 6, 2016

Bunuh Rasa untuk Si Bapak.


Hasil gambar untuk siluet algojo
http://orestillakoto.blogspot.co.id/2012_02_01_archive.html
Ada hal lain yang lebih menggembirakan dari malam ini? Sungguh? ini hal yang luar biasa. Ah, kau tak kan paham dengan hal ini. Aku tak berhenti tersenyum karena ini. bahkan sebentar-sebentar tertawa tertahan. bagaimana aku bisa tertawa terbahak-bahak walau aku sangat ingin. seseorang yang membuatku tertawa ada di hadapanku pas dan aku takkan pernah berani menertawainya.


Stop, jangan berpikir ini tentang seorang pria yang kau damba atau seorang dosen killer yang melakukan kesalahan konyol. Jadi begini ceritanya.


Kemarin, sepulang dari menonton teater di fakultas tetangga, Aku meniadakan niat untuk kembali langsung ke asrama. Mencari jaringan internet gratis di kampus lebih menggoda, ditambah tugas yang menumpuk untuk dikerjakan. Udara tidak terlalu cerah memang, condongnya matahari ke barat membuat mendung tidak terlalu nampak. Namun sayang seribu sayang, baru beberapa saat menyambungkan koneksi internet, setelah beberapa menit adzan mahgrib berkumandang, sang muadzin telah keluar dari masjid kampus, jaringan listrik mati. Itu berarti jaringan wifi juga hilang. sebelum aku menyadari semuanya, angin kencang telah datang dan membuat dedaunan bertebangan ke segala arah, hatiku mulai ciut. Segera kucari lampu usb dan kuhubungkan dengan laptop, sedikit membantu. Aku bingung, angin terlalu kencang, malam telah datang dan gedung ini tidak banyak orang. Aku
 takut.


Aku tak berani mengambil keputusan apakah harus bertahan atau pulang ke asrama. Jika aku bertahan mungkin aku akan terjebak di antara hujan badai malam ini, namun aku tak cukup berani untuk berjalan pulang.

Tuhan memang baik, selalu baik. Seorang teman menjemputku dan kami bergabung dengan kawan yang lain menunggu hujan reda di sebuah warung. Bermain uno dan memesan makan, tak terasa malam semakin larut, kami memutuskan untuk pulang.

Sampai asrama, semuanya bermula.
Langkah pertama kami menginjak tegel lantai mendapat sambutan dari seorang satpam. Yaa, kami dimarahi oleh seorang satpam di depan satpam yang lain. Satpam lain itu hanya diam, satpam lain itu adalah satpam yang mengenalku, duh. Hancur sudah semua pencitraan.

Sampai pagi ini, tidak, sampai sore ini, oh salah, sampai malam ini bahkan sampai aku menulis tulisan ini di depannya aku masih menyimpan sebal terhadapnya. Aku membencinya, aku sebal.

Aku sebal harus berpura-pura mencari vocher wifi hanya untuk mendinginkan hatiku yang masih panas. Tuhan baik, selalu baik. vocher nya habis, aku tidak harus mengeluarkan uang sedangkan kini aku bisa mendapat koneksi internet gratis, walau lelet

Aku sebal saat menulis ijin keluar asrama setelah waktu isya dan si bapak menyembunyikan buku absen malam.

Aku sebal saat si bapak memberi ijin dengan sok manis kepada orang lain untuk keluar asrama di hadapanku!

Aku sebal harus memiliki rasa sebal ini.

Aku sebal harus mengiklaskan waktu mendapat wifi gratis di kampus agar tidak pulang malam hari ini.Dan kini aku lebih memilih duduk dihadapannya walau aku bisa mendapatkan koneksi yang lebih baik di lantai atas.

Aku sebal, akhirnya kini aku menonton tv bersama si bapak. Ah! Dan kita menertawakan acara tv yang sama!

Aku sebal punya rasa sebal ini dengan si bapak.

Tuhan, aku percaya Kau baik. Tolong bantu aku untuk tidak menyimpan dendam dengan si Bapak. :) 

3 comments:

  1. temanya kemataian semua ya ahaha padahal gak sengaja kayaknya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepertinya ikatan batin keluarga ODOP semakin kencang :D

      Delete
  2. Iya Mas ian, odopers mulai main telepati ini, hhii

    ReplyDelete