https://apkname.com/id/basketballwallpaper.wsp.com |
Lima tahun yang lalu. Kehadiranmu yang tiba-tiba membuatku tersenyum di pinggir
lapangan basket. Botol minum yang baru
saja kubeli berasa tidak ada artinya lagi, aku sudah tidak haus.
Sesering kau datang pada saat jadwal latihanku, sesering itu
pula kita bertemu tanpa saling sapa. Tidak ada yang menyedihkan. Aku yang
terlalu takut menyapamu, kau juga yang mungkin mengganggapku tidak ada. Tidak
apa, aku menikmatinya. Aku suka bagaimana saat kau datang, tiba-tiba jantung
ini berdetak lebih cepat. Aku suka saat kau datang tiba-tiba aku merasa butuh
oksigen lebih banyak untuk bernapas. Aku menikmatinya.
###
Aku menyukai olahraga yang satu ini sejak satu-satunya kakak
laki-lakiku menonton film Korea tentang basket yang sampai sekarang belum
terlihat endingnya. Film jaman dulu sekali jika kau ingat.
Sejak saat itu aku mulai tertarik dengan permainan bola basket. Tiga kali dalam seminggu rutin kusambangi lapangan basket sekolahan. pulang saat mahgrib atau ketika diusir penjaga sekolah.
Kesenangan itu terus berlanjut bahkan ketika guru olahraga telah melarang kami untuk berlatih, karena ujian kelulusan tinggal seminggu lagi. namun kalian bisa tau sendiri, mana ada yang menuruti perkataannya.
Ujian kelulusan telah berakhir, pun dengan hasilnya. lama tak kusambangi lapangan baset itu, sepertinya kau juga sudah jarang berkunjung lagi.aku sibuk dengan mencari sekolah, dan kau entah dimana. Yaa, seperti itulah kisahku dengannya berlalu.
###
Langit masih jingga, matahari belum sempurna tenggelam, tapi coach menyuruh kita menghentikan permainan sejenak. Aku menuju pinggir lapangan
menyusul Sarah yang telah duduk lebih dulu. Latihan hari ini cukup membuat keringat mengucur deras, sederas itu pula aku harus menggantinya dengan air minum. Air dalam botol minumku masih utuh,
aku tak terbiasa minum jika latihan belum selesai. Saat kubuka botol
minum itu, seseorang masuk dari pintu lapangan, mengalihkan pandanganku.
“Nay, kok senyum-senyum sendiri sih?”
“Hah? Em, nggak papa”
Dan seperti itulah hariku berlalu, memandangnya yang sedang
bermain di lapangan hingga malam semakin pekat. Setiap hari yang terulang
terus-menerus bersama cemas penuh harap akan kedatangannya. Seperti itulah hariku berlalu, debar setelah olahraga atau karena melihatnya aku tidak bisa membedakan. Perasaan yang sama
seperti lima tahun yang lalu … dengan orang yang berbeda.
No comments:
Post a Comment