Sebulan berlalu, malam ini suara takbir menggema dimana-mana, "ALLAAHU AKBAR, ALLAAHU AKBAR, ALLAAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLAALLAAHU WALLAAHU AKBAR, ALLAAHU AKBAR WALILLAAHIL HAMD". Besok lebaran.
Aku masih disini, duduk termangu diantara penjual-penjual takjil, penjual terompet takbiran, dan anak-anak yang berlari menuju masjid sambil membawa obor. Melihat layar ponsel yang masih sepi seperti tadi.
Aku masih disini, duduk termangu diantara penjual-penjual takjil, penjual terompet takbiran, dan anak-anak yang berlari menuju masjid sambil membawa obor. Melihat layar ponsel yang masih sepi seperti tadi.
Aku berdiri dan melangkahkan kaki, memilih pulang dan menata snack-snack kecil diatas meja, menyetrika baju lebaran untuk besok, dan menghabiskan waktu bersama ayah dan ibu sambil melihat anak-anak takbiran lewat depan rumah. Yang terpenting dari semuanya, aku lebih memilih pulang untuk melupakan kekecewaanku padamu.
"Kita ketemu langsung aja ya nanti di tempat. Jam setengah 5 aku jalan dari rumah" pesanmu sore tadi masih jelas terngiang dibenakku. Ajakan buka bersama yang secara tiba-tiba kemarin membuatku sangat terkejut. Bagaimana bisa aku menolak ajakanmu yang bahkan belum tentu setahun sekali terjadi.
"Gimana bubernya nduk?" Tanya ibu
"Gak jadi buber bu, tapi bubar"
"Gimana bubernya nduk?" Tanya ibu
"Gak jadi buber bu, tapi bubar"
No comments:
Post a Comment