https://arfika.wordpress.com/2012/10/25/senja/ |
“Nay, kemarin bukannya si Alvi bawa cewek ya” Suara Sarah
mengganggu konsentrasiku. Beberapa hari kedepan pasti ini akan menjadi topic hangat
diantara aku dan Sarah.
“Iya” jawabku singkat tak ingin mengingat terlalu dalam.
“Ih, kok cuman gitu si” Sarah tak terima dengan jawabanku
yang tidak memuaskannya. Aku tak menjawab.
Kemarin siang, saat kami sedang menyerahkan perijinan tempat
magang, Alvi datang bersama orang lain, seorang cewek. Kami tidak sempat saling menyapa.
Alvi adalah mahasiswa jurusan Komunikasi dari kampus sebelah
yang kebetulan berada di satu tempat magang denganku. Kami berkenalan saat
survey hari pertama. Anaknya yang easy
going membuat kami gampang akrab. Sarah yang melihat kedekatanku dengan
Alvi mulai menggodaku, Aku yang awalnya tak punya perasaan apa-apa kepada Alvi
mulai tergoda akan pesonanya.
###
Aku belum bertemu Alvi setelah kemarin aku melihatnya
bersama cewek lain. Kata temen Alvi, perempuan tersebut memang pacarnya. Jantungku mulai berdetak lebih cepat jika mengingatnya.
.
“hayoo, galau mulu. Bab satu dua gimana? Besok deadline loh”
Sarah mengagetkanku
“Nggak tau, belum ada ide”
“Pasti karena mikirin Alvi ya?”
“Apaan si, males ngomongin dia”
“Haha, tuh kan ketahuan. Selama janur kuning belum
melengkung kan kamu masih bisa berusaha Nay”
“Hahaha, iya ya, aku tikung di sepertiga malam aku”
“Hahaha, emang panutan”
“Tapi nggak lah,”
“Loh, kamu nyerah?”
“Bukan, aku Cuma mikir, bukan cuma cewek yang butuh jawaban.
Aku bisa aja berdoa sama Tuhan buat deketin dia sama aku, tapi kan aku juga gak bisa janjiin kalau dia sama pacarnya putus
aku akan siap buat dia. Aku Cuma suka, gak lebih, dan gak berharap” jelasku yang sebenarnya sedang menguatkan diri.
“tapi sedih kan liat dia sama cewek?”
Aku terdiam. Apa yang Sarah katakan benar. Tapi mana aku tega
menghancurkan perasaan seorang perempuan sementara aku juga wanita? Ah, kadang aku ingin menjadi seorang psikopat yang bisa membunuh orang tanpa rasa bersalah.
No comments:
Post a Comment