Saturday, May 5, 2018

Perpisahan yang Terulang

Www.google.com
Tadi pagi. Entah bagaimana awalnya, kau sudah berada dirumahku, sudah akrab dengan orang-orang didalamnya, bahkan denganku.


Padahal, masih jelas teringat, kita sempat tak saling sapa beberapa tahun ini. Kau yang sibuk dengan urusanmu dan aku yang terlalu takut memulai.



Aku diam karna tak berani memulai menyapamu dahulu. Tapi ada yang aneh, mengapa kita memakai baju yang sama? Baju pesta yang berpasangan.


Kau masih bercengkerama dengan yang lain, tanpa ragu dan canggung. Aku, hanya bisa memandangmu dari sudut lain. Masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Kau mengajakku menikah.


Kuberanikan diri mendekatimu, rasanya seperti semua rindu yang telah menumpuk beberapa tahun ini pudar. Meluruh menjadi air mata bahagia melihatmu benar di depan mataku. Aku terus mendekat. Menyapamu


Kau terlihat sangat ramah dan dewasa. Tak ada rasa sungkan. Kau menyambutkku dengan hangat. Sungguh, aku bersyukur aku mencintaimu.


Fotografer di depan kita sudah siap memotret, tanganku sudah menggandeng lenganmu. Namun tiba-tiba kau menghilang. Kau pergi ke dalam rumah. Aku bingung untuk sekian detik. Tak berani mengejar atau sekedar bertanya mengapa.


Beberapa waktu kemudia aku menyusulmu.
Kau sudah berganti pakaian, membuatku sangat bingung. Apakah kau membatalkan foto pre wedding kita?


Kau merapikan beberapa barang dalam kardus besar, yang akhirnya kutahu. Kau akan berkemas untuk keluar negeri. Tugas mendadak.


Tanpa ragu kuberanikan diri bertanya,
"Kamu jadi menikah denganku?"


Kau, masih dengan muka yang sangat membuatku rindu, menatapku sekilas sambil berkata,
"Nggak tau"

Aku paham, apa yang kau katakan apa-adanya. Kau memang benar-benar tidak tahu apakah ini harus dilanjutkan, kau benar-benar tidak tahu seberapa lama akan berada di luar negeri ( yang sebenarnya kita ketahui bersama pasti akan lebih dari dua tahun), kau benar-benar tidak tahu dengan keputusan apa yang harus kau ambil.


Aku paham dengan jawabanmu dan aku pun juga tidak bisa berbuat apa-apa.


Aku diam tak melanjutkan perbincangan. Aku pergi menuju kamar dan mengunci pintu.  Baru tadi aku melihatmu di depan mataku. Meluapkan segala kerinduan yang ada. Menggapai masa depan bersama, menjadi teman hidupmu. Namun, kini kau harus pergi lagi. Untuk waktu yang tak bisa dipastikan seperti yang sudah- sudah. Aku menangis. Meratapi semuanya.


Aku sangat dan masih mencintaimu. Walau berkali kau datang dan pergi tanpa permisi. Walau setiap pergi tanpa  kata, dan datang tanpa perasaan bersalah.


Aku sangat dan masih mencintaimu. Bahkan sampai detik ini, ketika keputusanmu untum meninggalkanku terulang lagi.


Kau mengetuk pintu kamarku, mungkin ingin pamit. Aku tak kuasa menahan semua kepedihan ini dan bertemu denganmu. Aku tidak marah, aku hanya bingung mengapa ini harus terjadi lagi. Belum genap sehari kita bertemu dan kau akan meninggalkanku lagi.


Pada akhirnya aku membuka pintu kamar. Benar, kau berada di depan pintu.
Selalu, dengan tatapan matamu yang dalam dan wajah yang akan selalu kurindu. Kau berdiri disana, diam tanpa mengatakan apapun.


Hingga yang tersisa dariku hanyalah tangis. Dan sebuah pelukan sebelum aku rela melepasmu.

No comments:

Post a Comment