Tuesday, May 29, 2018

Nayla Series : Kau dan Lapangan Basket


Gambar terkait
https://apkname.com/id/basketballwallpaper.wsp.com


Lima tahun yang lalu. Kehadiranmu yang  tiba-tiba membuatku tersenyum di pinggir lapangan basket. Botol minum yang baru saja kubeli berasa tidak ada artinya lagi, aku sudah tidak haus.


Sesering kau datang pada saat jadwal latihanku, sesering itu pula kita bertemu tanpa saling sapa. Tidak ada yang menyedihkan. Aku yang terlalu takut menyapamu, kau juga yang mungkin mengganggapku tidak ada. Tidak apa, aku menikmatinya. Aku suka bagaimana saat kau datang, tiba-tiba jantung ini berdetak lebih cepat. Aku suka saat kau datang tiba-tiba aku merasa butuh oksigen lebih banyak untuk bernapas. Aku menikmatinya.

Saturday, May 19, 2018

Bubar Bukan Buber

Sebulan berlalu, malam ini suara takbir menggema dimana-mana, "ALLAAHU AKBAR, ALLAAHU AKBAR, ALLAAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLAALLAAHU WALLAAHU AKBAR, ALLAAHU AKBAR WALILLAAHIL HAMD". Besok lebaran. 


Aku masih disini, duduk termangu diantara penjual-penjual takjil, penjual terompet takbiran, dan anak-anak yang berlari menuju masjid sambil membawa obor. Melihat layar ponsel yang masih sepi seperti tadi.



Aku berdiri dan melangkahkan kaki, memilih pulang dan menata snack-snack kecil diatas meja, menyetrika baju lebaran untuk besok, dan menghabiskan waktu bersama ayah dan ibu sambil melihat anak-anak takbiran lewat depan rumah. Yang terpenting dari semuanya, aku lebih memilih pulang untuk melupakan kekecewaanku padamu. 



"Kita ketemu langsung aja ya nanti di tempat. Jam setengah 5 aku jalan dari rumah" pesanmu sore tadi masih jelas terngiang dibenakku. Ajakan buka bersama yang secara tiba-tiba kemarin membuatku sangat terkejut. Bagaimana bisa aku menolak ajakanmu yang bahkan belum tentu setahun sekali terjadi. 



"Gimana bubernya nduk?" Tanya ibu

"Gak jadi buber bu, tapi bubar"

Thursday, May 17, 2018

Sirup Buatan Mama

Hasil gambar untuk es serut
https://www.youtube.com/watch?v=P5cgeyo7jPk


Puasa Ramadhan masuk hari kedua, masih 28 hari lagi jika tahun ini genap 30 hari. Tapi rinduku akan rumah sudah menumpuk bagaikan es serut yang menggunung di dalam mangkok besar ditemani potongan buah dan agar-agar.


Waktu bedug akan berbunyi 15 menit lagi, beberapa orang di ruangan ini masih sibuk menyiapkan takjil buka puasa, sebagian besar yang lain sedang bermain dengan adik-adik panti asuhan diruang tengah. Aku sendiri sedang berada di depan mangkok besar berisi es serut ini. Sarah berjalan kearahku,

“Sa, tolong es nya dikasih sirup ya. Aku mau cek yang lain dulu”

“oke” sahutku sambil menerima sebotol sirup berwarna hijau yang belum dibuka tutupnya.
Dengan kekuatan ekstra akhirnya aku berhasil membuka botol sirup itu. Cairan kental berwarna hijau itu tertuang apik dari bibir botol menuju puncak es serut, warnanya sangat canik, sama seperti sirup buatan mama dulu.
  

Saturday, May 5, 2018

Perpisahan yang Terulang

Www.google.com
Tadi pagi. Entah bagaimana awalnya, kau sudah berada dirumahku, sudah akrab dengan orang-orang didalamnya, bahkan denganku.


Padahal, masih jelas teringat, kita sempat tak saling sapa beberapa tahun ini. Kau yang sibuk dengan urusanmu dan aku yang terlalu takut memulai.


Tuesday, May 1, 2018

Ha(h)lusinasi

Hasil gambar untuk siluet duduk di pantai
https://coretanpetualang.wordpress.com/petualangan-alam/pantai/bersantai-menikmati-senja-di-pantai-marina-semarang/

Hari ini, berita tentang seorang pria yang membunuh mantan pacarnya muncul di tv. Pria itu termakan cemburu karena sang pacar mengenal pria baru dan lebih memilih untuk meninggalkannya, dia kalap dan membunuh sang pacar.

Apa seperti itu jika lelaki sedang patah hati? Hingga dengan mudah setan masuk menghasutnya? Mengerikan sekali.


###


“Besok ada waktu? Mau nemenin ke Marina?”

Pesan dari Dewa masuk sepuluh menit setelah aku keluar kelas, mata kuliah Psikologi Abnormal.


###


Sore ini angin bertiup lebih kencang, pantai Marina dengan cantik menyajikan jingga di ujung waktu. Kita duduk bersandingan, saling diam menikmati senja.


Aku menoleh ke arahmu, selalu terpana dengan mata dibalik kaca itu, menyejukkan namun penuh misteri. Bisa kupastikan, jika nanti aku akan hidup denganmu, mau susah atau senang, semua akan terasa manis. Pasti.


“mau minum?” katamu sambil menyodorkan sebotol air mineral.


“makasih” kusambut botol itu.


Rasa airnya agak berbeda, sedikit manis, namun berlebih. Lidahku selalu bisa mengenali rasa air mineral karena aku pecinta air putih, namun yang seperti ini baru kali ini aku rasakan.

Ingatanku kembali ke tiga tahun lalu, bagaimana aku mengenalmu dan sebulan terakhir kita mulai akrab.

Masih jelas terbayang bagaimana aku menjadi stalker handal, mengorek semua informasi tentangmu, dari awal kau masuk kuliah hingga putus dengan mantanmu. Lagu-lagu yang kau pilih saat sendu dan status-statusmu di social media seakan tak ingin berpisah padahal sebulan kemudian mantanmu memiliki kekasih baru. Tragis. Hahaha.


“liat mbak-nya yang di sebelah sana ?” tanyaku memulai percakapan

“Iya, kenapa?” kau menoleh menghadap gadis yang berjarak lima meter darimu.

“Kasian banget masnya, dicuekin, ditinggal mainan HP. Pasti lagi chattingan sama selingkuhannya. Hahaha”

“Haha, kalau aku jadi masnya, aku kasih minum, trus aku racunin”

“Hah?” aku kaget, namun tidak tersentak. Aku baru ingat, pesan dari Dewa belum kubalas.