Sunday, June 10, 2018

Menanti Semesta

Hasil gambar untuk langit sore
https://www.flickr.com/photos/seasandsunsky/2500534529

Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Masing-masing dari kita seperti memberi clue untuk diketahui yang lain. Tanpa ingin mengatakannya langsung dan tanpa ingin diketahui terang-terangan.


Seperti siang ini, aku ingin sekali mengabarimu bahwa aku sudah tidak lagi berada di kota hujan,-Bogor, melalui postingan media sosial. Sudah tidak lagi berada di tanah rantau yang pernah mempertemukanku denganmu. Dua jam kemudian, dengan cara yang sama kau juga mengabarkan bahwa kau telah tiba di tanah Minang, tanah kelahiranmu. Semua ini seolah menggambarkan bahwa kita ingin saling bertegur sapa namun sulit berkata dan enggan memulai.




"Hawanya lagi nggak mendukung. Mbeler terus" Tulismu di sebuah status. Simpel, aku tau bahwa kau sedang tidak baik-baik saja, terserang flu.


Ingin sekali aku mengirimu pesan dan berkata untuk lekas sembuh, namun semua hanya berakhir di story instagramku


"Tetap Sehat, Tugas Sudah Di Depan Mata" sepengecut itu aku ingin mendoakanmu agar cepat sembuh, sesederhana itu aku ingin kau tahu bahwa aku dalam kabar baik.


Aku yakin kita sama-sama merasa lega ketika satu sama lain telah melihat postingan story instagram
dan sama-sama memendam cemas untuk berharap segera dilihat.


Apa dunia memang sudah semengerikan itu hingga ada ketakutan yang teramat besar jika kita saling menegur secara langsung?
Apa kita terlalu lemah hanya karena tak ingin ditertawakan dunia?


Atau jangan-jangan dunia malah sedang menertawakan kita karena terlalu jirih?


Sampai kapan kita terus seperti ini?
Sampai semesta benar-benar mendukung kita hanya untuk sebuah kata "Hai" ?

3 comments:

  1. Semoga semesta segera merestui kalian untuk saling berkabar tak hanya lewat story. Ups🙊

    ReplyDelete
    Replies
    1. semesta selalu punya cara untuk membalas komentar dari orang2 seperti kamu. wkw

      Delete