https://indahitusunnah.wordpress.com/category/akhlak-dan-nasehat/ |
Bulan ini, jika perhitunganku benar, maka kita sudah
berteman selama enam tahun, di social media!
Lalu kau menyapaku di twitter pada awal tahun kedua. Bukan
percakapan yang panjang, tapi sangat menyenangkan, menurutku. (2013)
Di akhir tahun ketiga kau menyapaku lagi di twitter setelah
sekian bulan kau menghilang secara tiba-tiba. Ah, mengapa aku masih mau
membalas sapaan mu ya? Di tahun ini pula pertemuan pertama kita dengan sapa dan
canda. (2014)
Kau memberiku semangat untuk ujian nasionalku! Via twitter
(2015)
Seandainya kau tahu, aku sengaja mencari moment agar bisa
menemuimu, oke, melihatmu. Karna kau tidak menyapaku walau aku ada! Ingat
pertemuan yang ini? (2016)
Aku ingin merindukanmu, tapi itu sulit. Serius, aku sudah mencoba
berbagai cara untuk bisa merindukanmu tapi selalu gagal. Petanda apakah ini?
(2017)
“Lia,“
Sebentar ya. Ada seseorang memanggilku dari depan. Aku seperti
mengenalnya. Itu seperti suara dosen bahasa Indonesiaku, pak Bowo. Hah! Pak
Bowo?
“Iya pak?”
Kau tahu kan bagaimana ekspresi orang ketika kaget?
“Sudah selesai dengan tugasnya? Kau nampak bersemangat sekali dengan
tugas ini. Jadi apa resolusimu?”
“Merindukan Langit, pak!”
Dan kau pasti tahu, seisi kelas menertawakanku! Sial, mengapa aku jadi
merindukanmu.
Kisah nyata ini Es ?
ReplyDelete"Terinspirasi", kisah nyatanya tidak semanis itu, wkwkw
DeleteLangit itu nama cowokmu ya mbk Estina???
ReplyDeletehahaha
Wwkwk, itu donasi nama dari Kak Sas.
DeleteWaahh.. Aku kepo ki de es
ReplyDelete?? kepo apa ni mbk Lis? :D
DeleteKirain langit beneran... hehe
ReplyDeletehahaha, belum bisa seromantis itu
DeleteIya nih, seperti kisah nyata
ReplyDeleteApaan si Bun :D
Delete