Tuesday, July 4, 2017

Buku Penghubung

Www.google.com
"Jadwalku mundur satu hari. Lusa  belum tentu aku udah sampe Solo"

Aku tertegun, mataku terpejam setelah membaca pesan darimu, sambil menghela napas.
Lagi, semesta tidak mengijinkan aku bertemu denganmu.

Dua hari lalu aku menghubungimu untuk mengembalikan buku yang telah lama ku pinjam. Buku motivasi dari penulis yang namanya baru ku tahu setelah kau memberikan buku itu dua tahun yang lalu.




Aku mengiriminya pesan singkat dengan modus mengembalikan buku. Sebenarnya, dengan jaman yang modern ini bisa saja aku mengirim bukunya ke Bandung-tempat kau kuliah, dengan paket atau bisa juga kutitipkan pada tetanggamu yang kebetulan adalah aku mengenalnya.


Ku kira, dengan cara ini aku bisa melihat wajahmu secara langsung lagi, aku menghapus semua cara diatas. Tapi ternyata, prioritasnmu bukan untuk menerima buku dariku.


Lusa harusnya kita bertemu. Kau kembali dari Bandung lusa dan aku akan berangkat ke Madura tulat siang.
Aku memiliki sedikit waktu sebelum berangkat KKN namun kau tak memiliki waktu sebelum aku berangkat.


Gagal lagi, rencanaku untuk melepas rindu bertemu denganmu. Pesanmu tak ku balas.


Hari selasa, harusnya kita bertemu, terlewati begitu saja. Perasaanku masih kecewa. Aku masih memutar otak agar bisa bertemu denganmu sebelum keberangkatanku besok.


Rabu pagi, aku sudah berada di tengah lapangan kampus menjalani pelepasan KKN. Kereta yang membawaku ke Madura bersama teman-teman berangkat jam satu siang. Aku berharap kau datang setelah upacara berakhir, menanti di belakang lapangan dan mengucapkan hati-hati, atau tiba-tiba muncul di stasiun kereta sebelum kereta melaju, seperti di sinetron-sinetron.


Upacara berakhir, tak kutemui kau di belakang lapangan. Aku benar mengecek keberadaanmu.


Waktu terus berjalan, aku selesai solat dzuhur. Bukumu aman berada di dalam tas ku. Walau kita tidak janjian, tapi aku yakin kita akan bertemu hari ini. Kupandangi pintu masuk stasiun kereta, tak ada batang hidungmu. Teman-teman yang lain berpamitan dengan orang yang turut mengantar; pacar mereka, saudara, atau orangtua,.


Aku memasuki loket pemeriksaan tiket dan melangkah menuju kereta. Teman-teman yang lain berjalan disampingku. Asyik mengobrol tentang seberapa banyak barang bawaan mereka.


Kereta sempurna berjalan. Kau tidak datang. Bukumu hanya menambah berat tas ku. Aku membaur dengan obrolan teman-teman, berusaha melupakanmu.


Lima menit kemudian sebuah pesan darimu masuk. Aku menahan napas, aku tidak membalas pesanmu kemarin, untuk apa kau mengirim pesan?
Kau orang yang dingin padaku, jika bukan aku duluan yang memulai tak akan apa kemunikasi antara kita.


Aku masih terus berpikir, sayang jika harus membuka pesanmu, tapi aku penasaran dengan isinya. Tiga menit berlalu, akhirnya kubuka, dengan menahan napas lagi.


"Bukunya bawa aja dulu. Pulang KKN baru balikin aku"


Sawah hijau di luar jendela kereta bergoyang lembut. Hatiku bersorak kegirangan, senyumku merekah hingga lima menit kedepan.

Kau yang ku kira tak acuh padaku ternyata pandai membuat kejutan.

7 comments: