Wednesday, January 25, 2017

Perpisahan dengan Mas Rangga



"Makasih ya doanya. Sidangku lancar. Dua bulan lagi aku wisuda"

Kubaca lagi pesan yang masuk dari mas Rangga. angin yang berhembus di taman sore ini sukses membuatku ingin menangis walau tak satupun bulir air mata menetes. Aku tak ingin mas Rangga melihatku bersedih akan kesuksesannya.


"Hey, udah lama? Sorry ya, jalanan macet" katanya yang langsung mengambil posisi di sebelahku. Di kursi taman ini kami biasa bertemu, walau kami menempuh pendidikan di satu kota yang sama, ternyata bertemu dengan mas Rangga adalah hal yang sulit bagiku.


Dia terlalu sibuk dengan hidupnya dan aku tak cukup berani untuk menghubunginya sesering saat ini. Dulu, kami pernah berada dalam suasana yang sangat kaku dan itu berlangsung hampir 8 tahun. Sama-sama saling mengenal namun sulit berkomunikasi bagai orang tidak mengenal satu sama lain. Mungkin karena 8 tahun yang lalu kami pernah sangat dekat, hingga tiba-tiba mas Rangga memiliki pacar dan menghilang begitu saja.


Kini, setelah 6 bulan kami kembali berkomunikasi denga normal, dia mengabarkan bahwa lulus ujian skripsi dan akan melanjutkan studi S2 nya, entah dimana, tapi katanya tidak di pulau Jawa.


"Setengah jam yang lalu" jawabku singkat kemudian hening.



Sungguh, aku tak ingin berpisah lagi dari mas Rangga, ya walau aku tahu kami masih akan berkomunikasi dan aku telah terbiasa tidak bertemu dengannya. Bertemu dia setahun sekali tanpa sapa ataupun senyum saja sudah untung. Tapi kami baru saja berbaikan... ah!


"Jangan lupa datang di wisudaku ya" Aku mengangguk dan tersenyum. Aku harus kuat, mana mungkin kesempatan bertemu dengannya aku habiskan hanya dengan saling diam saja.


"Bagaimana persiapan S2 mu mas?"

"Kau tahu aku sudah mempersiapkan segalanya. Jika semua lancar, aku akan berangkat tiga bulan lagi "

"Oo," tenggorokanku tercekat.

"Kau harus rajin dengan kuliahmu, Aku akan hadir dalam wisudamu kelak."

"Masih dua tahun lagi" jawabku mengarang

"Bukankah itu waktu yang tepat? Dalam dua tahun kedepan, aku akan fokus dengan studiku, begitupun kau, Mungkin aku akan jarang menghubungmu, tapi aku kira itu buka masalah bagimu. Hingga ketika aku pulang nanti, kau telah siap dengan dirimu, dan aku akan ..." mas Rangga mengambil jeda. Aku tak berani menatapnya saat berbicara, aku hanya melihat dari sudut mataku dia berkomatkamit untuk satu kata di tengah jedanya itu, seperti mengucap bismillah.


" ... melamarmu"


 Lalu angin di taman ini mulai berhembus agak kencang, mengiringi perkataan nya yang telah sempurna selesai, menemaniku dalam keterkejutan yang sangat. Aku meneteskan air mata.

No comments:

Post a Comment