Thursday, July 25, 2019

(Sebuah Refleksi) Benarkah Waktu Menyembuhkan Segala Luka?

Related image
https://womantalk.com/health/articles/4-kekuatan-super-yang-didapat-dari-meditasi-y10kY

Seberapa efektifkah kegiatan yang positif dalam mengalihkan kita akan pikiran-pikiran negatif?
Atau seberapa validkah pernyataan time heals every wound?

Beberapa hari ini saya menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan hingga yang tersisa ketika sampai kamar kos hanyalah ingin mengistirahatkan tubuh tanpa tugas apapun, bahkan makan.
Yaa, beberapa hari ini cukup berat. dikecewakan oleh dua hal berbeda dari dua pihak yang berbeda. Kekecewaan ini bukan lagi masalah yang bisa saya ceritakan kepada orang lain, untuk mengingatnya saja sudah membuat saya sesak sepanjang hari.


Dihari yang sama dua kabar buruk menghampiri saya, dalam waktu yang hampir berdekatan. Apa reaksi saya? saya menangis, bukan di kamar, tapi dijalan sepanjang perjalanan saya menuju kantor.
Ya, saya menangis sepanjang jalan, setengah jam saya puas-puaskan untuk menangis. Sampai kantor mata saya sudah merah. untungnya hanya ada satu orang dikantor dan (entah dia pura-pura mengabaikan atau memang tidak memperhatikan) tidak bertanya apapun tentang hidung dan mata yang merah. Tapi sesampainya di kantor saya harus berhenti menangis, karena apa? bukan karena takut dilihat orang. tapi karena setelah ini saya harus pergi ke pabrik untuk pemeriksaan IVA membantu klinik. Gak elegan kan kalau mata merah.

Sepanjang hari hingga mahgrib saya masih di kantor, mood saya rusak. Tidak ada ide muncul dalam kepala saya.

Kemudian hari berganti, saya mmembiarkan diri tidak keluar kos hingga siang hari. Banyak agenda yang sebenarnya harus dilakukan hari ini, tapi saya cancel hingga setelah dhuhur.
Apa yang terjadi?
Siang ini saya bertemu orang baru, pergi ke dinas-dinas mengirim surat kerjasama, menuju ke kantor, dan mengerjakan tugas seperti biasa, dengan perasaan gembira.
Apa kemudian saya lupa dengan kekecewaan saya kemarin? tentu tidak, tapi saya sudah lebih waras dari kemarin.

Bagaimana bisa? Saya membiarkan diri menerima kekeceawan dan mengakuinya, saya mencoba
untuk berdamai dengan diri saya sendiri (walau sulit). Dan hari ini untuk mengingatnya saja seperti sudah tidak ada waktu ora kober  kalau kata orang jawa.
Banyak kegiatan positif yang membuat saya melupakan kekecewaan saya kemarin. dan saya yakin waktu akan menyembuhkan luka ini. Walaupun tidak dapat dipungkiri rasanya masih sesak jika diingat.

Apakah kita perlu untuk mengisi 24jam dari hari kita untuk berkegiatan positif dan membiarkan waktu menyembuhkan lukanya? Yaa. Tapi ada yang lebih penting dari itu, menerima kekecewaan tersebut dan berdamai dengan diri sendiri.

Selamat mencoba para pejuang kesehatan mental :)

1 comment:

  1. Bagus. Bisa dilakukan juga dengan metode "Narrative Writing Therapy". Menulis itu melegakan.

    ReplyDelete