http://www.satyawinnie.com/2016/05/air-panas-dan-senja-sendu-di-pantai-kawaliwu.html |
“mas,”
“ya?”
“aku punya temen, dia aktiv banget, banyak ikut organisasi,
kenalannya banyak, anaknya ramah juga,”
“trus?”
“kemarin, waktu acara gathering
aku mergokin dia lagi diem, sendirian, cuman ngeliatin lampu-lampu dari
pinggir balkon. Ya wajar orang ngeliatin lampu kota. Tapi aku nggak pernah liat
dia kayak gitu, dari sorot matanya kayak ada yang kurang, kayak bukan dia. Aku heran
aja kok bisa ya dia kayak gitu”
“emmm, jangan-jangan orang yang terlalu banyak teman adalah
dia yang paling takut sendirian. Jangan-jangan orang yang menjalin banyak
relasi adalah dia yang takut terluka dengan hubungan yang terlalu dalam. Bisa jadi,
mereka adalah orang yang berhati kecil?”
Penjelasan mas Alvin baru saja membuatku melihat dengan
sudut pandang baru. Jika memang benar demikian, betapa menyedihkannya orang
seperti itu. Mereka yang selalu dianggap kuat, yang selalu dibanggakan, rupanya
terlalu rapuh ketika sendiri.
Aku masih terdiam, terkagum dengan jawabannya. Mas Alvin
selalu bisa memberi penjelasan dari setiap hal yang kutanyakan. Dia selalu
membuatku terpukau. Bagaimana bisa aku tak jatuh hati padanya, bagaimana bisa
aku tak rindu berdiskusi dengannya.
###
Angin sore ini bertiup lembut memberikan kesegaran. Matahari
yang hampir terbenam menyadarkanku akan perpisahan dengannya yang akan segera
terjadi. Besok, kami harus kembali pada kesibukan masing-masing. Aku yang
begitu rapuh ketika merindukannya harus bersabar dalam waktu yang tak pasti
untuk melihat senyumnya lagi.
Mas Alvin mengajakku beranjak, berjalan meninggalkan senja
yang menggelap. Dia menaikan wajah sambal berkata,
“tapi, jangan pernah mengasihani orang seperti mereka. Bisa saja,
mereka memang tak ingin terlihat lemah di depan orang lain. Mereka hanya perlu
teman dan terlihat kuat dengan apa-adanya mereka”
Yaa, seperti aku yang
selalu ingin terlihat kuat saat kau tak di sampingku.