"Gilang"
"Hem?"
"Kamu percaya kalau di balik lelaki sukses itu ada wanita hebat?"
"Percaya dong"
"Kalau nanti kamu jadi orang sukses. Siapa yang nantinya akan menjadi wanita itu Lang?"
"Kamu mau?" kata Gilang tanpa menghentikan langkahnya.
"..."
Gilang meneruskan langkahnya meninggalkanku. Jantungku masih berdegup kencang, apa yang Gilang maksud tadi. Apakah dia mengijinkanku mendapat posisi itu? benarkah dia menginginkannya?
Gilang, seorang laki-laki yang kukenal enam tahun lalu. Satu-satunya orang yang membuatku percaya bahwa cinta pada pandangan pertama itu ada. Seorang yang membuatku bertahan walau kerap kehilangan jejaknya.
Entah bagaimana bisa, tapi aku sangat jarang bertemu Gilang. Terakhir bertemu dengannya delapan bulan lalu saat pertandingan basket antar sekolah. Kini, kami melangkah bersama, membicarakan segala hal tanpa mempedulikan bahwa kami pernah tak saling menyapa dan menjadi sangat kaku. Bisa jadi, setelah pertemuan hari ini, aku tak kan bertemu atau bahkan memandang wajahnya untuk beberapa bulan kedepan.
Dan walau aku masih bisa mengamati aktivitasnya melalui media sosial, aku tak pernah berani untuk menghubunginya lebih dulu. Aku takut membuatnya berpikir aku wanita agresif atau sejenisnya. Lagipula, pada beberapa kasus terdahulu, Gilang sangat slow respon dengan pesan-pesan yang kukirim, mungkin dia terlalu sibuk dan aku merasa menganggunga. Kini aku membiarkan semesta bekerja dengan skenario Tuhan untuk mempertemukanku dengannya secara alami, seperti hari ini.